Materi 8 Bisnis Internasional

Materi 8 Bisnis Internasional


MATERI 8

STRATEGI ALIANSI INTERNASIONAL


8.1. Pengertian Strategi Aliansi

                        Strategi Aliansi (Strategic Alliances) yaitu perjanjian bisnis di mana dua atau lebih perusahaan memutuskan untuk melakukan kerjasama guna mendapatkan keuntungan bersama. Partner-partner dalam aliansi strategi setuju untuk menggabungkan aktivitas riset dan pengembangan, keahlian dalam pemasaran dan kemampuan manajerial. Aliansi strategi hanyalah salah satu metode yang dilakukan perusahaan agar dapat masuk atau melakukan ekspansi operasi internasional. Usaha patungan (join venture) adalah bentuk khusus aliansi strategis yang merupakan gabungan dua atau lebih perusahaan untuk menciptakan entitas bisnis baru yang secara hokum terpisah dan berbeda dari induk perusahaannya. Usaha patungan biasanya berbentuk perusahaan dan dimiliki oleh induk perusahaan dengan proporsi sesuai hasil negoisasi.

               Aliansi strategis non usaha patungan dapat dibentuk semata-mata untuk membuat partner-partner mampu mengatasi halangan yang dihadapi setiap partner dalam jangka pendek. Aliansi strategis non usaha patungan  biasanya memiliki tujuan dan lingkup yang lebih sempit. Aliasi strategis non usaha patungan sering dibentuk untuk tujuan tertentu yang akan berakhir secara alami. Karena misinya sempit dan tidak adanya struktur organisasi formal, aliansi strategi non usaha patngan biasanya kurang stabil dibandingkan dengan usaha patungan (joint venture).



8.2. Keuntungan Strategi Aliansi

               Ada empat keuntungan dari strategi aliansi yaitu:

1.      Kemudahan masuk pasar : strategi aliansi akan membuat perusahaan mampu memperoleh manfaat dari cepatnya masuk ke pasar baru dengan biaya rendah.

2.      Berbagi resiko : berbagi resiko menjadi petimbangan yang sangat penting ketika perusahaan masuk ke pasar yang relative baru atau memiliki tingkat ketidakpastian dan instabilitas tinggi.

3.      Berbagi pengetahuan dan keahlian : dengan strategi aliansi, perusahaan berpotensi untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang dianggap kurang baik mengenai cara produksi, cara memperoleh sumber daya tertentu, cara menghadapi peraturan pemerintah local atau cara mengelola lingkungan yang berbeda.

4.      Sinergi dan keunggulan bersaing : melalui beberapa kombinasi untuk masuk ke pasar, berbagi resiko dan potensi pengetahuan, setiap perusahaan yang berkolaborasi ini akan dapat mencapai lebih banyak keunggulan dan bersaing dengan lebih efisien dibandingkan jika perusahaan ini berusaha masuk ke pasar atau industry baru sendirian.

8.3.  Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Strategis Aliansi

                        Beberapa sumber masalah yang mengancam kelangsungan strategi aliansi antara lain:

1.      Ketidakcocokan antar partner (incompatibility of partner) : ketidakcocokan dapat mengahsilkan konflik yang serius walaupun biasanya hanya menghasilkan penurunan kinerja aliansi

2.      Akses ke informasi : perusahaan harus dapat berbagi informasi, maka jika tidak efektifitas kolaborasi akan terganggu

3.      Konflik tentang distribusi penghasilan : salah satu keterbatasan strategi aliansi adalah distribusi pendapatan.

4.      Hilangnya otonomi : karena perusahaan-perusahaan berbagi resiko dan profit, perusahaan tersebut juga berbagi pengendalian, dengan demikian membatasi kegiatan masing-masing perusahaan.

5.      Perubahan keadaan : kondisi ekonomi yang dulunya memotivasi perjanjian kerjasama sudah tidak ada lagi atau keunggulan teknologi membuat perjanjian tidak menguntungkan.

8.4.  Pemilihan Partner Aliansi

                        Setidaknya ada empat faktor dalam memilih partner antara lain:

1.      Kecocokan (compability)

Perusahaan harus memilih partner yang cocok dan dapat dipercaya serta dapat bekerja sama secara efektif.

2.      Sifat produk atau jasa calon parter : perusahaan sebaiknya bekerja sama dengan partner yang produk atau jasanya saling melengkapi (komplementer) tetapi tidak langsung bersaing dengan produknya sendiri.

3.      Keamanan aliansi secara relative : dengan adanya kompleksitas dan potensi kerugian karena gagalnya kerjasama, para manajer perusahaan harus memperoleh sebanyak mungkin informasi dari calon partner sebelum membentuk aliansi strategis.

4.      Potensi pembelajaran aliansi : sebelum membentuk aliansi strategi, para partner harus menilai potensi untuk saling belajar.

8.5. Lingkup Strategi Aliansi

                        Lingkup strategi aliansi antara lain:

1. Aliansi Komprehensif (comprehensive alliances)

Aliansi komprehensif terbentuk ketika para partisipan setuju untuk melaksanakan secara  bersama-sama berbagai tahapan proses yang membuat produk atau jasa yang dapat dibawa ke pasar meliputi : R&D, desain, produksi, pemasaran dan distribusi.

2. Aliansi Fungsional

Aliansi fungsional merupakan lingkup strategi aliansi yang lebih sempit dengan   menyertakan hanya satu fungsi bisnis meliputi:


Aliansi produksi : merupakan aliansi fungsional dimana dua atau lebih perusahaan membuat produk atau jasanya masing-masing dengan fasilitas yang dipakai bersama . Aliansi produksi dapat memakai fasilitas yang telah dimiliki oleh salah satu partner.

Aliansi pemasaran : merupakan aliansi fungsional dimana dua atau lebih perusahaan berbagi jasa atau keahlian pemasaran. Perusahaan yang sudah mapan membantu perusahaan pendatang baru dalam mempromosikan, mengiklankan dan mendistribusikan produk atau jasanya.

Aliansi keuangan : merupakan aliansi fungsional dimana perusahaan-perusahaan ingin mengurangi resiko finansial yang terkait dengan proyek tertentu. Partner-partner memberikan sumber finansial ke proyek dalam proporsi yang sama atau salah satu partner memberikan sebagian besar finansial sementara partner-partner lain menyediakan keahlian khusus atau memberikan kontribusi lain untuk mengimbangi kecilnya investasi finansial yang diberikan.

Aliansi riset dan pengembangan : merupakan aliansi fungsional dimana partner-partner setuju untuk mengadakan riset (research and development = R&D) bersama untuk mengembangkan produk atau jasa baru.

8.6. Mengelola Aliansi

                        Keputusan untuk membentuk aliansi strategis harus berkembang dari proses perencanaan strategis perusahaan. Setelah membuat keputusan, para manajer perusahaan kemudian harus menangani beberapa isu penting yang menentukan tahapan-tahapan tentang cara pengelolaan aliansi tersebut antara lain :

1.      Pemilihan Partner

Kesuksesan setiap kerjasam tergantung pada pemilihan partner yang tepat. Aliansi strategis kemungkinan akan sukses jika keterampilan dan sumber daya para partner saling melengkapi dimana masing-masing membawa kekuatan organisasi yang tidak dimiliki oleh yang lain.

2.      Bentuk Kepemilikan

Bentuk pasti kepemilikan yang akan dipakai sangat penting dalam strategi aliansi. Bentuk korporat akan membuat para partner mampu mengatur struktur pajak yang menguntungkan, mengimplemntasikan perjanjian kepemilikan baru dan melindungi asset lain dengan baik. Hal ini juga membuat usaha patungan dapat menciptakan identitasnya sendiri yang berbeda dengan partner.

3.      Pertimbangan manajemen bersama

Secara umum, ada tiga alat yang dipakai untuk pertimbangan manajemen bersama dalam mengelola aliansi antara lain:


Perjanjian bersama manajemen : setiap partner berpartisipasi penuh dan aktif ke dalam mengelola aliansi. Partner-partner menjalankan aliansi tersebut dan manajer-manajernya secara teratur menyampaikan instruksi dan rinciannya ke manajer aliansi.

Perjanjian berbagi tugas : salah satu partner memiliki tanggung jawab utama atas operasi aliansi strategis.

Perjanjian pendelegasian : partner-partner mendelegasikan pengendalian manajemen ke eksekutif usaha patungan itu sendiri. Para eksekutif tersebut direkrut khusus untuk menjalankan operasi perusahaan baru atau ditransfer dari perusahaan partisipan dan bertanggung jawab atas keputusan sehari-hari.

Comments

Popular posts from this blog

Materi kuliah bisnis internasional

Materi 3 Bisnis Internasional